6 KEWAJIBAN ANAK
بَيْنَا
نَحْنُ عِنْدَ رَسُولِ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- إِذَا جَاءَهُ رَجُلٌ مِنْ
بَنِى سَلِمَةَ فَقَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ هَلْ بَقِىَ مِنْ بِرِّ أَبَوَىَّ
شَىْءٌ أَبَرُّهُمَا بِهِ بَعْدَ مَوْتِهِمَا قَالَ « نَعَمِ الصَّلاَةُ
عَلَيْهِمَا وَالاِسْتِغْفَارُ لَهُمَا وَإِنْفَاذُ عَهْدِهِمَا مِنْ بَعْدِهِمَا
وَصِلَةُ الرَّحِمِ الَّتِى لاَ تُوصَلُ إِلاَّ بِهِمَا وَإِكْرَامُ صَدِيقِهِمَا
».
“Suatu saat kami pernah berada di sisi Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam. Ketika itu ada datang seseorang dari
Bani Salimah, ia berkata, “Wahai Rasulullah, apakah masih ada bentuk berbakti
kepada kedua orang tuaku ketika mereka telah meninggal dunia?” Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam menjawab, “Iya (masih tetap ada bentuk berbakti pada
keduanya, pen.). (Bentuknya adalah) 1. mendo’akan keduanya,2. meminta ampun untuk keduanya,3. memenuhi janji mereka setelah
meninggal dunia,4.
menjalin hubungan silaturahim (kekerabatan) dengan keluarga kedua orang tua yang
tidak pernah terjalin dan 5. memuliakan teman dekat keduanya.” (HR.
Abu Daud no. 5142 dan Ibnu Majah no. 3664. Hadits ini dishahihkan oleh Ibnu
Hibban, Al-Hakim, juga disetujui oleh Imam Adz-Dzahabi. Al-Hafizh Abu Thahir
mengatakan bahwa sanad hadits ini hasan)
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إِنَّ
مِنْ أَبَرِّ الْبِرِّ صِلَةَ الرَّجُلِ أَهْلَ وُدِّ أَبِيهِ بَعْدَ أَنْ
يُوَلِّىَ
“Sesungguhnya sebaik-baik bentuk berbakti (berbuat baik) adalah
seseorang menyambung hubungan dengan keluarga dari kenalan baik ayahnya setelah
meninggal dunia.” Sesungguhnya ayah orang ini adalah sahabat baik (ayahku)
Umar (bin Al-Khattab). (HR. Muslim no. 2552) Bisa jadi pula bentuk berbuat baik pada orang tua adalah dengan bersedekah atas nama orang tua yang telah meninggal dunia.
Dari Abdullah bin Abbas radhiyallahu ‘anhuma, ia berkata,
أَنَّ
سَعْدَ بْنَ عُبَادَةَ – رضى الله عنه – تُوُفِّيَتْ أُمُّهُ وَهْوَ غَائِبٌ
عَنْهَا ، فَقَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنَّ أُمِّى تُوُفِّيَتْ وَأَنَا غَائِبٌ
عَنْهَا ، أَيَنْفَعُهَا شَىْءٌ إِنْ تَصَدَّقْتُ بِهِ عَنْهَا قَالَ « نَعَمْ » .
قَالَ فَإِنِّى أُشْهِدُكَ أَنَّ حَائِطِى الْمِخْرَافَ صَدَقَةٌ عَلَيْهَا
“Sesungguhnya ibu dari Sa’ad bin ‘Ubadah radhiyallahu ‘anhu
meninggal dunia. Sedangkan Sa’ad pada saat itu tidak berada di sisinya.
Kemudian Sa’ad mengatakan, ‘Wahai Rasulullah, sesungguhnya ibuku telah
meninggal, sedangkan aku pada saat itu tidak berada di sampingnya. 6. Apakah bermanfaat jika aku menyedekahkan sesuatu untuknya?’ Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam menjawab, ‘Iya, bermanfaat.’ Kemudian Sa’ad
mengatakan pada beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam, ‘Kalau begitu
aku bersaksi padamu bahwa kebun yang siap berbuah ini aku sedekahkan
untuknya’.” (HR. Bukhari no. 2756)Dari Abu Darda radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
الْوَالِدُ
أَوْسَطُ أَبْوَابِ الْجَنَّةِ فَإِنْ شِئْتَ فَأَضِعْ ذَلِكَ الْبَابَ أَوِ
احْفَظْهُ
“Orang tua adalah pintu surga paling tengah. Kalian bisa sia-siakan
pintu itu atau kalian bisa menjaganya.” (HR. Tirmidzi no. 1900, Ibnu Majah
no. 3663 dan Ahmad 6: 445. Al-Hafizh Abu Thahir mengatakan bahwa hadits ini hasan).
الخَالَةُ
بِمَنْزِلَةِ الأُمِّ
“Bibi saudara ibu, kedudukannya seperti ibu.” (HR. Bukhari 2699,
Abu Daud 2280, dan yang lainnya).
Ada enam hal yang bisa kita
simpulkan bagaimana bentuk berbakti dengan orang tua ketika mereka berdua atau
salah satunya telah meninggal dunia:
- Mendo’akan kedua orang tua.
- Banyak meminta ampunan pada Allah untuk kedua orang tua.
- Memenuhi janji mereka setelah meninggal dunia.
- Menjalin hubungan silaturahim dengan keluarga dekat keduanya yang tidak pernah terjalin.
- Memuliakan teman dekat keduanya.
- Bersedekah atas nama orang tua yang telah tiada.
H.Afif Muhadi
Ahmad
Tidak ada komentar:
Posting Komentar